Jadi Pilot Wanita Pertama TNI AD, Begini Kisah Puspita Ladiba
MercusuarMED - Jadi Pilot Wanita Pertama TNI AD, Begini Kisah Puspita Ladiba - Dilahirkan dari keluarga sederhana, semangatnya untuk terus berjuang tak pernah pudar. Ayah Ladiba berprofesi sebagai sopir, sedangkan ibunya sebagai penjual jagung bakar. Lulusan Akademi Militer (Akmil) 2017 ini, kini berhasil menjadi pilot wanita pertama di Korps Penerbangan TNI AD.
Ingin tahu bagaimana kisah Letnan Dua (Letda) CPN (K), Puspita Ladiba? Baca ulasan singkat ini di MercusuarMED selengkapnya dalam wawancara khusus bersama MercusuarMED pada Jumat, 25 Juli 2020.
Sebelum bergabung dengan TNI AD, dulu apa cita-citanya?
Aku tuh dulu cita-citanya pengen banget sih sekolah di luar negeri atau seenggaknya pengen sekolah jadi dokter sih. Awalnya gak kepikiran sih masuk tentara terus jadi pilot wanita di TNI AD.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 Dan Poker Online Aman Dan Terpercaya
Gak sampai kepikiran di TNI AD, apakah ada helikopter atau pesawat gak sampai kepikiran itu. Ya gitu lah. Jadi gak disangka-sangka aja sih awalnya.
Pernah menjadi anggota paskibraka di Kota Medan dan paskibraka di tingkat nasional hingga Istana Negara. Prosesnya bagaimana?
Prosesnya panjang banget, jadi aku cerita dari awal. Awalnya aku diseleksi di Kota Medan, jadi di Kota Medan seluruh SMA swasta dan negeri itu wajib ikut mengirimkan 10 orang kandidat, dan selanjutnya aku lulus di tingkat paskib kota Medan mewakili Kota Medan. Setelah itu, aku maju ke tingkat provinsi, setelah tingkat provinsi aku lulus baru aku masuk ke tingkat nasional.
Wah gimana tuh perasaannya lolos paskibraka ke tingkat nasional?
Perasaannya sih karena pengalaman pertama kali dulu kita masih 32 provinsi, belum 33 Kaltara itu belum termasuk. Aku tuh suprise banget ketemu sampai berbeda-beda beragam suku, jadi aku tahu nih orang Jakarta gimana, orang Sulawesi gimana, Kalimantan gimana, Papua gimana dan berbagai logat itu sangat suprise banget menurut aku. Excited banget.
Sebelum daftar Akmil, pernah daftar ke universitas?
Aku dulu iseng-iseng aja, pilihan pertama sih Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tapi aku terpilihnya, jadi ada empat pilihan pada waktu itu SNMPTN online. Aku pilihnya yang pertama, aku Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang kedua aku Fakultas Ilmu dan Industri Peternakan Universitas Gadjah Mada. Setelah itu, aku ngambil Sastra Jepang. Jadi yang kepilih itu malah di Universitas Gadjah Mada, fakultas ilmu dan industri peternakan.
Tapi karena aku bilang ke ayahku, "Pak alhamdulillah Diba lulus nih masuk fakultas, masuk Universitas Gadjah Mada, gimana?" Papaku langsung jawab "kak Diba maaf, papa gak bisa biayain kamu kuliah." Jadi aku tuh merasa down dan down banget pada saat itu, aku gak tahu gimana masa depan aku ke depannya. Jadi aku memang gak berpikir kata menyerah sih, tapi aku percaya ada rencana yang lebih baik dari itu.
Sempat kecewa gak gagal menjalankan pendidikan di universitas?
Rasa kecewa itu pasti ada lah. Yang kedua itu, aku gak tahu gimana dan pada saat itu untung nomor telepon kita disimpan sama Kementerian Pemuda dan Olahraga. Jadi aku dihubungi melalui nomor handphone dan aku, "Ini dengan Ladiba?" terus "ya saya dengan Ladiba". "Kamu mau mendaftar jadi taruni Akademi Militer angkatan pertama?" terus aku langsung "emang ada ya? Taruni angkatan pertama?"
Setahu aku dulu akademi militer gak ada taruni. Jadi dari situ aku langsung ke agen terdekat di kotaku dan aku memastikan bahwa, oh ada pendaftaran taruni. Jadi aku kira pertamanya itu penipuan sih, jadi aku datang ke instansi militernya langsung di kota terdekat aku di Medan.
Ya alhamdulillah aku langsung dapat rekomendasi, karena paskibraka nasional juga dan aku melewati tahap seleksi yang dibilang sangat panjang banget. Mulai dari awal dari kota, terus tingkat provinsi dan seterusnya di akademi militer Magelang.
Respons orang tua seperti apa ketika kamu memutuskan mendaftar ke Akmil?
Respons orang tua pasti pertama, "kamu yakin mau jadi militer?" Ya aku dikasih kesempatan pertama kenapa gak coba, yaudah aku coba. Ya alhamdulillah sampai sekarang aku menjalankan pendidikan selama empat tahun, alhamdulillah sampai sekarang masih diberi umur untuk menjalankan tugas.
Bagaimana proses kak Ladiba bisa menjadi pilot wanita pertama TNI AD?
Proses awalnya kita masuk akademi militer kan kita ada empat tingkat. Jadi tingkat pertama aku diseleksi dites psikologi, psikologi bagian penerbangan dan alhamdulillah di situ aku lulus untuk memasuki Korps Penerbangan Angkatan Darat. Nah, berjalannya waktu sampai 2017, aku dilantik sebagai Letnan Dua di Istana Negara. SahabatQQ
Nah, di situlah mulai perjalananku untuk aku mengambil sekolah pilot di Ahmad Yani Semarang selama setahun, dan alhamdulillah 2019 aku lulus dan setelah itu berdinas sampai sekarang.
Alasan dibentuknya pilot perempuan apa?
Jadi awalnya itu sebelumnya 2013 terbentuknya kami, almarhumah Ibu Ani Yudhoyono sangat menginginkan sekali tiga di antara 16 taruni ini menjadi pilot wanita pertama Angkatan Darat. Jadi ibu Ani sangat men-support siapa saja wanita-wanita Indonesia yang ingin maju.
Dan sampai sekarang pun almarhumah ibu Ani Yudhuyono masih membekas lah di hati aku, karena Beliau adalah salah satu yang sangat menyokong untuk mendukung dan men-support untuk kemajuan perempuan Indonesia.
Sampai saat ini ada berapa perempuan yang menjadi pilot di TNI AD?
Sampai sekarang ini ada enam orang. Adik-adik juniorku ada tiga orang, dan rekanku ada dua orang.
Apa jenis pesawat yang kakak terbangkan?
Aku jenis pesawatnya Helikopter Bell-412 EP (Enhanced Perfomace). Kita perbantuannya sebagai mengangkut (tamu) VIP, untuk dorong logistik di daerah perbatasan maupun daerah rawan dan juga evakuasi udara. Nah, sekarang aku lagi di base nih di (Pangkalan Udara) Pondok Cabe, biasanya kita standby untuk kalau ada pergerakan apa dari pimpinan dan untuk evakuasi kita siap gerak.
Aku kemarin Juni baru pulang tugas dari Papua selama tiga bulan juga sih. Jadi bisa pindah-pindah tugasnya ke Aceh, ke Papua, ke Sulawesi, ke Kalimantan. Sekarang lagi di Pondok Cabe. Jadi kita dalam seminggu ada range waktunya buat terbang. Jadi tidak harus terbang setiap hari. Kalau kita pun tidak terbang selama satu bulan pun kita harus ada evaluasinya lagi.
Ada kendala yang kakak alami selama bertugas?
Kendalanya kita sebagai perempuan di antaranya banyak lelaki pasti di awal-awalnya, canggung. Karena, biasa kita perempuan kumpul di perkumpulan perempuan itu sudah biasa, tapi karena aku sudah menjalaninya dengan sangat sering, jadi aku gak merasa canggung kalau misalkan kumpul sama laki-laki.
Karena apa? Seluruh kru aku tuh dominannya adalah lelaki. Jadi, harus kebiasa dengan sikap yang tidak mau minder, jadi kita gak ngerasa kuper gitu.
Apakah adanya pandemik COVID-19 semakin membuat pekerjaan terasa sulit?
Adanya pandemik COVID-19 ini kemarin juga karena adanya lockdown, kita masih tetap terbang. Jadi prosedur COVID-19 masih kita jalankan dengan menggunakan masker dan kita juga melakukan evakuasi pasien COVID-19 ke rumah sakit Angkatan Darat RSPAD. Jadi tidak ada kata untuk libur juga. Siap sedia.
Bagaimana cara membagi waktu dengan keluarga?
Membagi waktu keluarga setelah aku selesai kerja sih pasti aku bakal video call adik aku dan orang tua aku juga, pasti tuh, di malam hari sih. Jadi aku juga cuti enam bulan sekali sebenernya. Enam bulan sekali aku ambil cuti dan aku mikir aduh aku ngapain sih liburan kemana, mau liburan ke Bali atau kemana, aku gak kepikiran sampai situ.
Sekarang aku kan belum nikah, jadi selagi aku belum nikah aku harus pulang ke rumah harus ketemu keluargaku. Karena waktu untuk bertemu keluarga juga sangat-sangat sedikit, bahkan enam bulan sekali baru ketemu keluarga.
Pernah jenuh dengan kegiatan yang kakak jalani?
Kalau merasa jenuh sih jangan pernah ngerasa jenuh, ya. Jadi asyikin saja dan enjoy saja gitu. Kalau kita bawa stres dan memikirkan banyak masalah, itu bakal terganggu ke kerjaan kita. Jadi kalau jenuh ya denger musik atau olahraga bersepeda atau lari gitu.
Adakah harapan atau impian yang belum tercapai?
Keinginan yang belum tercapai sih insyaallah kan sekarang aku masih co-pilot, suatu saat aku pengen jadi captain maupun instruktur pilot ke depannya. Dan juga aku ingin sekali membahagiakan kedua orang tuaku. Dalam bentuk aku bisa membawa orang tuaku bisa jalan-jalan naik helikopter, dan orang tuaku belum haji, aku pengen banget untuk menghajikan kedua orang tuaku.
Pesan-pesan untuk masyarakat, khususnya millennial?
Aku inget pesan yang selalu diingetin ayahku. Bukan masalah apa yang kita miliki dengan apa yang kita kerjakan, tetapi apa yang bisa kita kerjakan dengan apa yang kita miliki. Do what you can with what you have and where you are.
Begitulah wawancara dengan pilot pertama perempuan Angkatan Darat. Siapa nih yang mau seperti dia ? Pastinya banyak dong yang pengen seperti dia. Kata-kata terakhir keren banget ya guys jadi termotivasi nih guys.
Komentar
Posting Komentar